" Nisa Transportasi Sukabumi - Rental Mobil Terpercaya di Sukabumi

Situs Gunung Padang – Cianjur

0 komentar

Weekend lalu, 15 Mar 2014, saya bareng 3 orang teman melakukan perjalanan singkat ke situs Gunung Padang, Cianjur. Gak papa ya saya cerita perjalanan di luar Sukabumi? soalnya kalau dari Jakarta, lebih deket lewat Sukabumi untuk ke lokasi situs ini. Jadi ya mungkin sedikit banyak ada efeknya untuk wisata di Sukabumi, mungkin wisata kulinernya. Buktinya, saat membawa rombongan teman saya kemaren, kita berhenti makan di Sukabumi untuk mencicipi kulinernya, antara lain tumis peda dan ayam bakar Mang Oni,piscok cakra, dan bandros ata.
Hehe
Ok, saya mulai cerita.
Saya bersama 3 orang teman janjian untuk motret di Situs Gunung Padang, Cianjur. Kita janjian jam 3 sore di daerah Tebet, Jakarta. Dari 4 orang ini, hanya saya yang pernah ke Gunung Padang, itupun 5 tahun lalu sebelum situs ini begitu terkenal karena dilakukan penelitian. 5 tahun lalu pun saya salah jalur, melalui jalur yang medannya sangat jelek, dan jauh. Makanya, saat itu saya sangat was-was saat diajak jalan, karena pasti akan sampai Cianjur saat malam.
Dari Jakarta kita berangkat jam 4 sore. Kita ke Sukabumi melalui jalur alternatif Cihideung dari Bogor-Sukabumi, tidak dari jalan utama Ciawi-Sukabumi, karena pasti akan macet parah karena perbaikan jembatan yang pernah longsor di Cigombong.
Sampai Sukabumi sekitar jam 8 malam, kita langsung wisata kuliner ke tempat-tempat makan yang saya sebutkan di atas. Setelah kekenyangan, Sekitar jam 10 malam kita lanjutkan perjalanan ke arah Cianjur. Jalur Sukaraja,Sukabumi-Cianjur ini parah banget, lubang-lubang jalan berbagai ukuran berserakan di berbagai sisi jalan. Sangat memprihatinkan untuk jalan utama lintas kota, apalagi katanya Gubernur Jawa Barat itu orang Sukaraja.
Saya agak lupa-lupa ingat dimana lokasi belok ke arah Gunung Padang dari jalan raya Sukabumi-Cianjur ini, untung ada gps yang memberi informasi beberapa meter ke depan harus belok kanan. Dan benar, papan petunjuk arah ke Situs Gunung Padang sudah terlihat, dan kita pun keluar dari jalan raya menuju jalan pedesaan ke arah situs gunung padang.
Saat itu hampir jam 11 malam, mobil kita melaju pelan melintasi jalanan beraspal kasar yang sangat gelap, minim penerangan jalan. Desa yang kita lewati sudah sepi, tidak banyak aktifitas penduduk,dan hanya sesekali kita berpapasan dengan mobil atau motor. Jalan beberapa menit, pedesaan sudah berganti menjadi area hutan, lebih gelap lagi. Lalu selang beberapa menit, ada lagi area pedesaan, lalu area perkebunan, begitu seterusnya. Saya sangat ragu untuk melanjutkan perjalanan dan menyarankan untuk cari masjid atau pos ronda untuk parkir mobil, dan kita tidur di dalam mobil sampai besok pagi.Jarang terlihat penduduk yang dapat kita tanyai petunjuk jalan. Sepiiiii bangetttttt…..
Lalu setelah hampir 30 menit perjalanan, terlihat beberapa bapak-bapak sedang menbuat api unggun di depan sebuah warung. Saya pun bertanya dan meminta ijin apakah boleh untuk numpang nginep disitu. Bapak-bapak tersebut malah meyakinkan kalau aman untuk melanjutkan perjalanan, katanya ke lokasi gunung padang sekitar 1-2 jam an lagi. Kalau mau menginap, bisa di area sekitar stasiun Lampegan yang lebih ramai. Mereka menginformasikan juga kalau saat-saat ini sudah mulai banyak rombongan dari Jakarta atau Bandung yang jalan malam-malam ke Gunung Padang. Berbekal informasi itu, kita pun melanjutkan perjalanan ke Gunung Padang.
Jalanan masih cukup lebar sampai di pertigaan stasiun Lampegan. Di pertigaan stasiun Lampegan ini kita bertanya petunjuk jalan ke orang-orang yang ada di warung, diinformasikan bahwa jalanan bagus walau melewati area perkebunan teh. Dan benar, jalanan memang bagus, terlihat aspalnya yang masih baru. Tidak lama melewati jalanan ini, terlihat spanduk membentang “Selamat Datang Presiden RI, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono”. Oooo …… pantes. Menurut informasi, Presiden dan rombongan naek kereta dari Bogor dan turun di stasiun Lampegan. Jadi ya wajar, jalan nya yang bagus hanya setelah area stasiun Lampegan aja. Dasar.
Saat itu,dijalanan sepi area perkebunan teh ini, kabut tebal turun. Jarak pandang kita tidak sampai 50m, mungkin sekitaran 10 meter. Tidak ada marka jalan,hanya batas pepohonan yang samar terlihat di salah satu sisi jalan yang menjadi petunjuk kita untuk kapan harus berbelok. Jurang disisi yang lain. Perlahan kita sudah menembus kabut, melewati area perkebunan teh lainnya yang sudah dekat dengan lokasi Situs Gunung Padang.
Banyak rambu petunjuk arah lokasi Situs Gunung Padang, sangat membantu kita di saat tidak ada orang yang bisa ditemui untuk menanyakan petunjuk arah. Sesaat setelah memasuki gerbang area Situs Gunung Padang, tampak terlihat area parkir luas di sisi kiri dengan deretan rumah penduduk di sisi kanan. Terlihat beberapa rumah menyediakan jasa menginap, jasa toilet, Mushola, atau warung. Seingat saya 5 tahun lalu belum begini ramai.
Kita terus melaju ke atas, hingga sampai persis di depan area situs. Tampak beberapa mobil dan motor sudah terparkir, bahkan ada tenda yang berdiri di area parkir. Cukup ramai tampaknya.
Di depan pintu masuk juga sudah berdiri bangunan yang bagus, antara lain tempat informasi dan pos jaga area ini, loket, Mushola, dan Toilet. Terima kasih untuk bapak Presiden yang telah sudi kesini, sehingga dinas pariwisata “terpaksa” menyiapkan bangunan baru ini. Hehe…
# foto di ruang informasi
20140316_002848
Setelah Sholat dan istirahat sejenak, sekitar jam setengah 1 dini hari, kita putuskan untuk langsung naek ke atas. Sekarang, ada 2 rute untuk naik ke aras. Yang pertama,jalur asli yang terbuat dari batu alami, berjarak sekitar 180 meter dan cukup curam. Yang kedua, jalur baru berbeton berjarak 300 meter, yang lebih landai tapi agak memutar. Terima kasih kepada Ibu Presiden, ibu Ani Yudhoyono yg katanya karena beliau jalur ini dibuat. Hehe…
Kita memilih rute yang landai, dengan dipandu oleh pemandu setempat yang bernama kang Hendar. Kalau malam2 begitu, harga tiket masuk dan harga jasa pemandu adalah “terserah”. Hehe…
Jalur beton ini cukup bagus, ada pagar besi atau kayu di salah satu sisi untuk membantu pegangan. Hanya ada 2 senter di rombongan kita, tetapi untungnya bulan purnama cukup membantu kita menerangi jalan.
Tidak sampai 30 menit perjalanan santai, kita sudah sampai di salah satu sisi area Situs Gunung Padang. Kita langsung menuju ke area teras pertama yang berlokasi paling depan dari arah gerbang masuk. Total area ini ada lima teras, dengan teras kedua yang posisinya paling tinggi. Ada pohon besar yang berdiri kokoh di puncak teras kedua. Banyak sekali batu-batu balok berbagai ukuran yang berserakan. Beberapa membentuk suatu susunan.
Kang Hendar memandu kita melalui setiap teras, dengan menceritakan berbagai kisah dan keunikan yang ada. Keunikan-keunikan yang ada antara lain, ada batuan lebar yang bisa berbunyi saat ditabuh, ada bekas telapak kaki di bebatuan, ada bekas senjata kujang di bebatuan, dan lain-lain. Sesampainya di teras kelima, disisi kanan berdiri bangunan bertingkat berupa bale-bale, dan di sisi-sisinya terdapat bangunan semi permanen berupa warung. Suara dengkuran yang saling sahut-menyahut menandakan ada banyak orang yang sedang terlelap di sana.
Setelah merebahkan badan sejenak di bale-bale, kita mulai untuk memotret suasana malam. Sangat sayang, bulan purnama cukup menggangu untuk memotret bintang dengan jelas.
#1. Deretan batu-batu di teras kelima
IMG_7520
#2. Bale-bale di teras kelima
IMG_7536
Di sela-sela memotret, saya sempat merebahkan badan sejenak di atas bebatuan yang tersusun rapi menyerupai alas tidur. Cukup nyaman. Suasana cukup khusyuk, angin berhembus tidak begitu dingin menambah syahdu suasana purnama saat itu. Asik banget rasanya. Asik. Seakan-akan saya ikut menyelami karya budaya nan adi luhur tersebut.
Kita memotret bebatuan sampai sekitar jam 3 pagi. Lalu kita menuju ke salah satu warung yang ada. Di bale-bale bambu warung tersebut, kita memejamkan mata sejenak. Hanya jaket yang kita pakai yang berguna untuk menahan dingin. Yup… benar-benar sejenak. Sekitar jam setengah lima kita sudah bangun, untuk mencoba memotret suasana pagi.
Kita menuju puncak teras kedua, untuk mencoba memotret teras pertama yang terhampar di depan dengan bukit-bukit yang berdiri megah di kejauhan menjadi background.
#3. Teras pertama dilihat dari atas teras kedua
IMG_7541
#4. Teras kedua, dilihat dari teras pertama
IMG_7546
Mentari pagi tidak menampakkan sinarnya saat itu. Di kejauhan malah terlihat kabut menyelimuti area desa dan perkebunan, menambah nuansa mistis romantis jika diabadikan.
#5. Susunan bebatuan dengan background kabut
IMG_7556_7
#6. Layer kabut di kejauhan
IMG_7571
Dan ini beberapa foto rekan seperjalanan saya saat itu…(grrrr… gagal total rencana buat bawa model ke tempat ini. Smoga nanti model2 yang melihat contoh foto di bawah ini, jadi berkenan buat diajak. Hehehe)
#7. Bang Joe

#8. Bang Ende

Berikut beberapa contoh detail susunan batu yang ada. Batu-batu tersebut rata-rata berupa balok dengan sisi segi lima. Sisi segi lima ini dipercaya menambah kuat formasi susunan batu jika saling tumpuk. Untuk batu lebar yang bisa ditabuh, saat ini dilarang untuk ditabuh karena akan merusak keaslian batu tersebut.
#9.
IMG_7584
#10.
IMG_7576
Setelah dirasa cukup kita pun turun dan beristirahat sejenak sambil menikmati secangkir kopi di ruang informasi. Saat itu waktu sekitar jam 8 pagi. Aktifitas penduduk setempat dan pengunjung sudah mulai rame. Loket sudah buka, yang ternyata harga masuknya Rp2,000 untuk turis domestik, dan Rp 5,000 untuk turis luar negeri. Murah sekali untuk sebuah pengalaman menikmati warisan budaya yang kuar biasa tersebut.
Oiya, yang mau menginap, ada rumah-rumah penduduk yang sengaja disewakan. Tarifnya “terserah” dengan kisaran Rp25rb -Rp70rb per orang per malam. Nego ya.
Untuk contact person, coba hubungi Abah Dadi di 0813 8590 1950. Beliau memperkenalkan diri sebagai perwakilan Kementrian Pariwisata yang mengelola tempat ini. Untuk pengetahuan lebih mendalam mengenai situs gunung padang ini, gugling yah… artikel ini tidak banyak membantu soalnya. Hahaha
Jam sembilan pagi kita meninggalkan tempat ini dengan tetap semangat, walau kita sangat kurang tidur. Terima kasih Gunung Padang atas pengalaman yang telah kau berikan.
Sumber :   http://jelajahsukabumi.com
IKLAN SPONSOR DARI GOOGLE :
Bagikan Artikel :

Posting Komentar

 
Support : Nisa Trans Sukabumi | Nisa Rent car| Rck Rent car | Nisa Elf | Nisa Mobil | Rental Sukabumi
Copyright © 2011. jajasuandi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Jaja Suandi H
Proudly powered by Blogger