Hujan adalah hal yang paling menyebalkan bagi para pekerja di lapangan. Maklum, kalau tak pakai jas hujan, pakaian bisa basah kuyup kena hujan. Karena itu, bagi para pekerja ini, lebih baik sedia jas hujan sebelum kehujanan.
Namun, di balik "penderitaan" para pekerja itu, ada kebahagiaan bagi produsen jas hujan. Musim hujan, tentu masa panen bagi mereka. Menurut Sandi Tumenggo, Projet Manajer PT Progressio Indonesia di Bandung, di musim hujan, perusahaannya kebanjiran order jas hujan.
Progresio menerima pesanan jas hujan dari seluruh Indonesia. Selain dari Bandung, pesanan juga datang dari Sumatra, Kalimantan hingga Papua.
Pelanggan tetap Progresio adalah perusahaan tambang, kepolisian, serta perusahaan perkapalan. Dalam setahun, pelanggan itu biasanya memesan jas hujan dua kali.
Di musim hujan, perusahaan sanggup mengerjakan hingga 5.000 unit jas hujan tiap bulan. Banderol harga jas hujan ini berkisar Rp 85.000 hingga Rp 125.000. Dengan produksi sebanyak itu, tak kurang dari Rp 500 juta per bulan masuk ke laci kasir perusahaan.
Progessio menawarkan dua model jas hujan, yakni jas hujan model baju dan celana serta jas hujan model rok.
Berkah hujan juga dinikmati Diah Kurniasih. Berbeda dengan Progessio, Diah memproduksi jas hujan khusus wanita yang mengenakan busana muslim.
Lewat merek Syabab Collection, Diah mengeluarkan tiga model jas hujan. Pertama, jas hujan berupa setelan jaket dan rok. Kedua, jas hujan model gamis yang penutup kepalanya menyatu dengan leher seperti model ponco. Terakhir, jas hujan berbentuk jaket tapi di bagian celananya ditambahkan celemek.
Selain itu, Diah juga membuat jas hujan bermotif, seperti polkadot kecil warna-warni, motif lurik atau abstrak, dan motif kotak-kotak. "Jas hujan bermotif ini adalah salah satu produk inovasi kami," kata Diah.
Diah memulai bisnis ini sejak Februari 2011. Modal awal Diah untuk memulai usahanya sebesar Rp 15 juta. Meski belum genap setahun, Diah sudah bisa meraup omzet Rp Rp 30 juta per bulan.
Ia memasang harga mulai Rp 100.000 hingga Rp 160.000 per stel. Variasi harga ini, tergantung dari jenis bahan dan model jas hujan. Di antara koleksinya, jas hujan paling laris adalah model jas hujan gamis serta setelan jaket dan rok.
Untuk pemasarannya, Diah hanya mengandalkan media online. Ia mengaku pemasaran lewat dunia maya ini cukup efektif.
Setidaknya, dalam sebulan, Diah mampu menjual jas hujan sebanyak 200 hingga 250 buah jas hujan. Selain menjual secara eceran, Diah juga menerima permintaan jas hujan dalam jumlah banyak atau grosir.
Ia juga menawarkan peluang bagi orang-orang yang ingin menjadi reseller. Syaratnya, cukup membeli minimal tiga buah jas hujan bahan biwaey dan enam buah jas hujan bahan taslan.
Adapun yang tertarik menjadi agen harus membeli jas senilai minimal Rp 2 juta. "Saat ini kita ada sekitar 10 agen yang tersebar di Sumatera, Sulawesi, dan Jabodetabek," tutur Diah. (*/kontan online)
IKLAN SPONSOR DARI GOOGLE :
Posting Komentar